May 20, 2013

What's Wrong, Generation Next?




Apa yang salah pada generasi kita, sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Membutuhkan penalahaan, kajian tentang apa, bagaimana, mengapa dengan generasi kita. Tapi sebelumnya kita coba flash back siapa yang terlibat tawuran pelajar? siapa yang demen konsumsi inex, drug? Siapa yang suka terlibat kelompok kapak merah? Atau siapa yang tidak pernah sepi dituduh sebagai bunga-bunga trotoar? Tentu dan sudah pasti jawabannya adalah pemuda, entah itu ABG, remaja, atau sebutan yang serupa lainnya.

Tapi, pemuda apa selalu begitu, selalu terpojokkan dengan tuduhan mendiskreditkan tanpa syarat. In fact, ada juga remaja atau generasi yang masih mendapat gelar pemuda harapan. Kita tengok revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan Monarkhi, siapakah penggeraknya? Perjuangan pro demokrasi RRC atau Birma, penggeraknya adalah para pemuda. Pemuda Michael Gorbachev ketika berusia 18 tahun menulis "Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku". Demonstrasi kolektif menuntut adanya reformasi Indonesia, notabene juga para mahasiswa yang pemuda.

Di negerinya mak lampir ini, Islam menjadi representatif Indonesia, ketika Indonesia baik maka baiklah Islamnya, ketika Indonesia tertuduh maka tertuduhlah Islam. Artinya ketika terjadi krisis generasi, maka Islamlah representatif itu semua. Sebab mayoritas pemuda yang sudah tercoreng keburukannya adalah orang islam, anaknya orang Islam, saudaranya orang Islam. Pertanyaanya kemudian, sebagai saudaranya, apakah kita diam menyaksikan pemandangan yang tentu tidak sedap dipandang itu? Apakah kita menunggu diri kita juga ikut terjerat bersama jaring-jaring laba-laba yang sudah pasti sangat lemah dan tidak bisa diharapkan itu? Dan apakah Islam tidak memiliki formula bagi kasus yang sudah terlanjur dibiarkan meradang tersebut? Insya Allah semua pertanyaan itu akan tersambut dengan uraian berikut ini.

Tidak Memandang Sebelah Mata

Dalam Al-Qur'an terdapat banyak kisah keberanian pemuda. Ada pemuda Ashabul Kahfi, pemuda Musa, Pemuda Yusuf yang terkenal ketampannya dan menggiurkan naluri seks isteri raja. Juga pemuda Ibrahim yang dengan gagahnya menentang sesembahan Ayah dan kaumnya pada waktu itu (Qs. Al-Anbiya 60, As-Syu'ara 72, Al-Anbiya 58). Rasulullah sendiri ketika diangkat sebagai Rasul masih kategori pemuda, para sahabat yang dibina Rasulullah di Darul Arqam juga para pemuda. Diantaranya Ali bin Abi Thalib (8 th), Thalhah (11 th), Arqam (12 th), Abdullah bin Masud (14 th) yang akhirnya terkenal sebagai ahli tafsir. Sa'ad bin Abi Waqash (17 th) panglima perang yang menundukkan Persia. Ja'far (18 th), Zaid bin Haritsah (20 th) Usman bin Affan (20 th) dll. Pemuda macam tersebut diatas yang hidupnya didesikasikan hanya untuk kejayaan dan kemuliaan Islam, pemuda seperti itulah yang sanggup memikul beban dakwah dan bersedia berkorban menghadapi berbagai siksaan dengan penuh kesabaran. Bukan pemuda yang lembek, yang tergiur dengan kerlap-kerlipnya dunia, yang mabuk dengan kebebasan, yang fly dengan aneka aktivitas tiada guna.

Pemuda Islam sekarang hidup dalam lingkungan jahily. Disekitarnya berlangsung tatanan kehidupan tidak Islamy, disertai proses deislamisasi yang demikian deras melalui berbagai media. Menjadikan satu sisi mereka tetap muslim tapi di sisi lain pikiran, perasaan dan tingkah lakunya (cara gaul, pakaian, dandanan) telah terkontaminasi pemahaman non Islam. Seks bebas, narkoba adalah makanan sehari-hari yang wajar ketika paham kebebasan benar-benar telah menyeruak mengharu biru dunia remaja. Meskipun kita hanya punya mata sebelah misalnya, tapi tidak berarti kita boleh memandang persoalan ini dengan sebelah mata, artinya bahwa fakta empiris generasi kita tidak bisa dipandang enteng. Sebab sebagaimana sudah menjadi hal yang maklum bahwa ditangan pemudalah harapan Islam. Tidak bisa ketika terjadi krisis generasi diselesaikan hanya dengan memberi penyuluhan, seminar, diskusi baik tentang seks atau narkoba, tapi perlu keseriuasan semua pihak mulai dari individu, masyarakat dan negara tentunya. Keseriusan itu berbanding lurus dengan prospek kejayaan Islam.

Dulu, Syafii muda telah hafal Al-Qur'an pada usia 9 tahun, Hasan Al-Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan perang. Kini kira-kira apa yang tengah dilakukan dan dipikirkan oleh remaja berusia 8 hingga 18 tahun dan pemuda berusia 23 tahunan? Kalau bukan foya-foya, hapy-hapy, menikmati masa muda, buat apa susah-susah mikirkan Islam, khan sudah ada pak ustad, kyai, haji, itu mungkin kira-kira bantahan mereka. Padahal kalau mereka tahu, apa Islam itu sekedar urusannya mbah kyai, mas ustad ataupun pak haji, kalau para ustad, haji dan kyai itu sudah tidak ada siapa yang meneruskan perjuangan Islam, siapa generasinya kalau bukan para pemuda yang sekarang masih duduk di bangku sekolah, yang sukanya tawuran itu.

Jelas dan sangatlah jelas, diperlukan kebangkitan umat khususnya dari kaum mudanya, bila diinginkan kejayaan Islam, diperlukan pemuda Islam sekualitas para sahabat, yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, keberanian menegakkan kebenaran, sebagaimana ditunjukkan para sahabat, Rasulullah Saw. Atau pada kisah Ibrahim muda. Serta memiliki ketaatan kepada Islam yang tanpa reserve. Dengan dorongan peran pemuda, perjuangan Islam akan berlangsung lebih giat sehingga Islam niscaya akan kembali tegak.

Ingatlah, firman Allah Surat An-Nuur 55 "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal sholeh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaimana telah dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoinya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan mereka) sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku"

Jadi kalau di masa Rasulullah ada sahabat bernama Sa'ad bin Abi Waqash sanggup menaklukkan Persia, maka tinggal satu negara yakni Romawi -sekarang menjadi Negara Vatikan- yang akan ditaklukan dan menjadi tugas generasi masa kini. Pemuda atau generasi Islam adalah mereka yang bisa berpikir kritis, tidak menelan begitu saja pil kebebasan yang bagaikan bola salju yang terus mengelinding dan membesar, tapi pemuda Islam yang bisa menjadikan Islam sebagai satu-satunya standar perbuatan dan pemikiran, kalau tidak generasi kita malah ikut tergilas bersama bola salju kebebasan, sehingga yang tersisa hanya generasi Islam yang tulalit, lamban dalam memutuskan sikap, bahkan sudah sampai pada tahapan tidak bisa memutuskan hukum, tidak punya kepribadian alias manut-manut grubyug.

No comments:

Post a Comment

kertas kosong tertulis ....

  Hey... aku sengaja tidak menulis apapun Pada saat ulang tahunku di tahun 2023   Aku sengaja mengibaratkan kertas kosong tidak tertul...