IDUL Adha merupakan perayaan
hari raya umat Islam yang jatuh pada bulan Dzulhijah, tepatnya di tanggal 10.
Bulan Dzulhijaz adalah bulan milik para pengunjung Baitullah, maka sering
disebut sebagai Bulan Haji. Bulan ini juga dikenal dengan sebutan Bulan Besar
(sasi Besar) atau Al Syahr al Akbar, yang dirayakan umat Islam seluruh dunia.
Perayaannya bahkan kadang lebih meriah dan lebih lama dibanding hari raya Idul
Fitri atau lebaran.
Mengapa Idul Adha begitu
istimewa?
Berikut 5 alasan tersebut:
Takbir Idul Adha
Menara
masjid (source: solitude abroad)
Takbir Idul Adha terasa sangat
spesial karena dikumandangkan selama 4 hari, yakni sejak Maghrib di Hari Arafah
yang disebut yaum Al Arafah yakni 9 Dzulhijah malam hingga pagi hari 10
Dzulhijah atau pagi Idul Adha, diteruskan selama 3 hari tasyrik yaitu sampai 13
Dzulhijah.
Sedangkan takbir Idul Fitri
hanya dikumandangkan semalam saja yakni pada akhir Ramadhan hingga pagi hari
awal Syawal.
Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah hari yang di
dalamnya diharamkan untuk berpuasa. Pada waktu Idul Fitri hari tasyrik jatuh
pada 1 Syawal bertepatan dengan hari raya. Namun, pada masa Idul Adha, hari
tasyrik berlangsung selama 4 hari, yakni 10 hingga 13 Dzulhijah.
Lebaran haji
Ilustrasi.
Foto: The Straits Times
Idul Adha atau lebaran haji
merupakan momen berkumpulnya umat Islam dari seluruh dunia di Mekah. Peristiwa
itu ditandai dengan hari wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah. Pada hari yang sama,
umat Islam di seluruh dunia yang tidak melaksanakan haji, melaksanakan puasa
Arafah. Mereka juga melaksanakan puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijah.
Qurban
Idul Adha disebut juga sebagai
Hari Raya Qurban. Perayaan Idul Adha memang ditandai dengan penyembelihan hewan
qurban. Daging qurban tersebut didistribusikan kepada masyarakat yang
membutuhkan, sebagai sarana taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah. Tak
heran, Idul Adha atau Idul Qurban ini dianggap sebagai hari raya besar bagi
kaum dhuafa, sebab pada hari raya ini mereka dapat merayakannya dengan
menyantap daging qurban.
Kesatuan Iman, Islam, dan Ihsan
Simpul-simpul keimanan tergambar
dalam semua momen peribadatan muslim di bulan Dzulhijah. Mulai dari peristiwa
sejarah ribuan tahun lalu yang dilalui Nabi Ibrahim, nabi Ismail, dan Hajar
sang Ibunda, hingga lima rukun Islam, semuanya menjadi muatan sarat makna di
hari raya Idul Adha.
Pada ibadah qurban terdapat
aktualisasi syahadatain. Puasa tarwiyah dan puasa Arafah mengingatkan pada
syariat puasa dalam Islam. Shalat Ied dan Ihya al lail di malam hari raya
mengingatkan kepada syariat shalat lima waktu dan sunah qiyamul lail. Qurban
untuk fakir miskin dan golongan mustadl’afin mengngatkan kepada syariat zakat
dan shadaqah. Ini juga mengingatkan kepada solidaritas muslim sebagaimana
ibadah haji, rukun Islam kelima. Semua rangkaian ibadah tersebut menunjukkan
kontinuitas ajaran kebenaran dan corak keberagamaan yang hanif, yakni Al
Islam. []