MAKALAH
KONSEP MANUSIA DAN AGAMA
Oleh:
A1B113017
PROGRAM
STUDI S-1 MANAJEMEN REGULER SORE
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MATARAM
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Konsep Manusia dan agama” dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaa. Oleh karena itu kritik, saran, serta
petunjuk yang bersifat membangun
dari pembaca, agar dapat menjadi bahan pegangan untuk penulis di kemudian hari demi
kesempurnaan makalah ini.
Mataram,
November 2013
Penulis
BAB1
PENDAHULUAN
Kajian tentang manusia merupakan kajian
yang sangat menarik, karena di samping dapat didekati dari berbagai aspek, hal
ini juga menyangkut kita sendiri sebagai manusia. Kajian tentang manusia ini
sudah cukup lama dilakukan sejak zaman para filosof kuno di Yunani. Mereka
sudah mulai berbicara tentang manusia, di samping juga berbicara tentang Tuhan
dan alam semesta. Pengkajian tentang manusia ini juga pada akhirnya melahirkan
berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, dan
ilmu-ilmu yang lain. Bersamaan dengan banyaknya kajian tentang manusia, pada
bagian ini akan dipaparkan suatu kajian tentang manusia berdasarkan
ketentuan-ketentuan Allah Swt. dalam Al-Quran. Mengkaji manusia berdasarkan
ayat-ayat Al-Quran menjadi sangat penting, terutama bagi umat Islam, mengingat
begitu banyaknya
kajian
tentang manusia dengan pendekatan lain.
Agama merupakan suatu bagian yang tidak
dapat dilepaskan dari manusia, mengingat sejak manusia lahir ke dunia
sebenarnya sudah dibekali oleh Allah dengan agama (QS. al-A’raf [7]: 172).
Karena itulah, keterkaitan antara manusia dan agama akan dijelaskan pada bagian
ini sehingga menjadi jelas bahwa agama merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia
dan manusia tidak dapat hidup dengan teratur dan sejahtera di dunia ini tanpa
agama.
1.1 Konsep Manusia
Manusia merupakan satu bagian dari alam
semesta yang bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di
alam semesta ini. Dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki fungsi tubuh
dan fisiologis yang tidak berbeda. Namun, dalam hal yang lain manusia tidak
dapat disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya,
yakni akal, yang tidak dimiliki oleh binatang.
1.2. Keberadaan Manusia
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai
misi utama, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan
gerak-geriknya harus searah dengan garis yang
telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras dengan
kebijakan-kebijakan ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan
hatinya harus seirama dengan
alunan-alunan kehendak-Nya.
Ada 3 teori dalam konsepsi manusia yaitu :
1. Pertama yaitu Teori Evolusi.
Teori ini pertama kali dikemukakan
oleh seorang sarjana Perancis J.B de Lamarck yang menyatakan
bahwa kehidupan berkembang dari
tumbuh – tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia. Teori ini
merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan – lahan dari tidak
sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
tumbuh – tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia. Teori ini
merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan – lahan dari tidak
sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
2. Kedua yaitu Teori Revolusi
Teori revolusi ini merupakan
perubahan yang amat cepat bahkan mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini
sebenarnya merupakan kata lain untuk menanamkan pandangan pencipta dengan kuasa
Tuhan atas makhluk-Nya. Pandangan ini gabungan pemikiran dari umat manusia yang
berbeda keyakinan yaitu umat Kristen dan umat Islam tentang proses kejadian
manusia yang dihubungkan dengan keMaha Kuasaan Tuhan.
3. Ketiga yaitu Teori Evolusi
Terbatas.
Teori ini adalah gabungan pemikiran
dari pihak-pihak agama yang berlandaskan dengan alasan-alasan serta pembuktian
dari pihak sarjana penganut teori evolusi.
Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang mengakui bahwa tumbuh-tumbahan, binatang, dan manusia selama ribuan atau jutaan tahun yang benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit.
Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang mengakui bahwa tumbuh-tumbahan, binatang, dan manusia selama ribuan atau jutaan tahun yang benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit.
Manusia
Menurut Alqur’an
- Asal usul manusia tidak terlepas dari figur Adam
(manusia pertama).(QS.Al-Baqarah, 2; 30-33). Adam diciptakan dari
unsur tanah.(QS.Al-Hijr,15; 26&28, Al-An’am, 6;2 dan Al-Mu‘minun,
23; 12). Sedangkan penciptaan manusia selanjutnya melalui proses
percampuran antara laki-laki dan perempuan. (QS. Al-Mu‘minun, 23;
13-14 dan As-Sajadah, 32; 8-9).
- Konsep manusia juga dipahami melalui kata-kata
yang ditemukan dalam Alquran yang menunjuk pada makna manusia, yaitu:
- “Insan”
(65 kali), manusia sebagai insan (makhluk psikologis). kata “insan” ini adalah lebih mengacu pada peningkatan manusia ke
derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah
dan memikul tanggung jawab dan amanat manusia di muka
bumi, karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti ilmu,
persepsi, akal, dan nurani. Dengan demikian, kata insan digunakan al- Quran untuk menyebut manusia dengan segala
totalitasnya, jiwa dan raganya. Kata insan ( نُ_َ
_ْ _ ا ِ ) dijumpai dalam al-Quran sebanyak 65 kali. Penekanankata insan ini adalah lebih mengacu pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah
dan memikul tanggung jawab dan amanat manusia di
muka bumi, karena sebagai
khalifah manusia dibekali dengan berbagai
potensi seperti ilmu, persepsi, akal, dan
nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia siap
dan mampu menghadapi segala
permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di samping itu, manusia juga
dapat
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki
kedudukan
yang lebih tinggi dari makhluk lain dengan berbekal potensi-potensi
tadi
(Aflatun Mukhtar, 2001:107). Dengan
demikian, kata insan digunakan al-
Quran untuk menyebut manusia dengan segala
totalitasnya, jiwa dan raganya.
Manusia dapat diidentifikasi perbedaannya,
seseorang dengan lainnya, akibat
perbedaan fisik, mental, kecerdasan, dan
sifat-sifat yang dimiliknya.
Kata ins digunakan untuk dihadapkan (berlawanan)
dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk halus, atau dihadapkan dengan kata jaan
yang juga bermakna jin. Penyebutan kata ins yang berlawanan dengan jinn atau jaan
ini memberikan konotasi bahwa kedua makhluk Allah ini memiliki dua unsur yang berbeda,
yakni manusia
dapat diindera dan jin tidak dapat diindera, manusia tidak liar sedang jin liar (Aflatun Mukhtar, 2001:106-107).
Kata nas (
سُ_َّ__ ا) merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau saja
memiliki
makna yang sama. Al-Quran
menyebutkan kata nas sebanyak 240 kali. Penyebutan manusia dengan nas lebih
menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama
manusia lainnya. Al-Quran menginformasikan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk
bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) (QS. al-hujurat [49]: 13), saling membantu
dalam melaksanakan
kebajikan (QS. al-Maidah [5]: 2), saling menasihati agar selalu dalam kebenaran dan kesabaran (QS. al-‘Ashr
[103]: 3), dan menanamkan
kesadaran bahwa kebahagiaan manusia hanya
mungkin terwujud bila mereka mampu membina hubungan antar sesamanya (QS. Ali Imran [3]: 112).
-“Basyar” (37 kali), manusia
sebagai basyar (makhluk biologis) tunduk pada takdir Allah sama dengan makhluk
lain, basyar, manusia disebut basyar karena manusia memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi
rambut dan berbeda dengan kulit hewan yang ditumbuhi bulu. Kata basyar ( _ُ
_َ َ __ ا) digunakan al-Quran
untuk menyebut manusia dari sudut lahiriah serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar
juga selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari
tanah, yang
selanjutnya dari sperma dan berkembang menjadi manusia utuh (QS. al- Mu’minun
[23]: 12-14), manusia makan dan minum (QS. al-Mu’minun [23]: 33; QS.
al-Furqan [25]: 20), dan seterusnya. Kata
basyar ( _ُ _َ َ __ ا) secara etimologis berasal dari kata ba’,
syin, dan ra’
)__ ب) yang berarti
sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan, menguliti/mngupas (buah),
atau memperhatikan dan mengurus suatu. Menurut al-Raghib al-Ashfahani, manusia disebut basyar karena
manusia memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut dan berbeda dengan
kulit hewan
yang ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al-Quran digunakan dalam makna
yang khusus untuk menggambarkan sosok tubuh
lahiriah manusia (Aflatun Mukhtar, 2001: 104-105).
- “An- nas”
(240 kali), manusia sebagai an- nas (makhluk sosial), bertalian dengan
hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau
menentang takdir Allah. Akan Tetapi tentu saja setiap pilihan mengandung resiko
(QS. At-Thur, 52; 21).
banu atau bani Adam ( آدَمَ _ِ_ بَ) atau dzurriyatu Adam ( ُ آدَمَ _َّ_
(ذُرِّ maksudnya adalah anak cucu atau keturunan Adam. Kedua istilah
itu digunakan untuk menyebut manusia karena dikaitkan
dengan kata Adam, yakni sebagai bapak
manusia atau manusia pertama yang diciptakan Allah dan mendapatkan penghormatan dari makhluk lainnya selain iblis (QS. al-Baqarah [2]: 34).
Secara umum kedua istilah ini menunjukkan arti
keturunan yang berasal dari Adam, atau dengan kata lain bahwa secara historis asal usul manusia adalah satu,
yakni dari Nabi Adam (Aflatun Mukhtar, 2001: 109). Dengan demikian, kata bani
Adam dan dzurriyatu Adam digunakan
untuk menyebut manusia dalam konteks historis.
Secara historis semua manusia di dunia ini sama, yakni keturunan Adam yang lahir melalui proses secara biologis
(QS. al- Sajdah
[32]: 8).
Kata nas
( سُ_َّ__ ا) merupakan bentuk jamak dari kata insan
yang tentau saja
memiliki
makna yang sama. Al-Quran
menyebutkan kata nas sebanyak 240 kali.
Penyebutan manusia dengan nas lebih
menonjolkan bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan dan bersama-sama manusia
lainnya. Al-Quran menginformasikan bahwa
penciptaan manusia menjadi
berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk
bergaul dan berhubungan antar
sesamanya (ta’aruf) (QS. al-hujurat
[49]: 13), saling membantu dalam
melaksanakan kebajikan (QS. al-Maidah [5]:
2), saling menasihati agar selalu
dalam kebenaran dan kesabaran (QS. al-‘Ashr
[103]: 3), dan menanamkan
kesadaran bahwa kebahagiaan manusia hanya
mungkin terwujud bila mereka
mampu membina hubungan antar sesamanya (QS.
Ali Imran [3]: 112).
Kata
insan dan nas inilah yang paling banyak digunakan oleh al-Quran
dalam
menyebut manusia (Quraish Shihab, 1996: 280). Di antara ayat al-Quran
yang
menyebut manusia dengan kata insan adalah QS. al-‘Alaq (96): 2 dan 5:
(
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ... عَلمَ
الْإِنْسَانَ مَا لمَْ يعَْلَمْ (العلق: ٢و ٥
Artinya:
“Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah ... Dia mengajar
kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.
al-‘Alaq [96]: 2 dan 5).
Sedang
penyebutan kata nas dalam al-Quran misalnya QS. al-Hujurat (49):
13:
يَآأَي
هَا الناسُ إِنا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ
ذكََرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَ بَآئِلَ لِتَعَارَفُ وآ إ ن
(
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أَتْقَاكُمْ إِ
ن الله عَلِيمٌ خَبِير (الحجرات: ١٣
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang
laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
al- Hujurat
[49]: 13).
b. Asal Kejadian Manusia
Al-Quran tidak membicarakan proses kejadian manusia secara detail,
sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmu biologi atau ilmu kedokteran.
Namun
demikian, al-Quran memberikan isyarat mengenai asal kejadian manusia
yang
tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, khususnya biologi.
Mengenai asal kejadian manusia ini, al-Quran menjelaskan melalui
beberapa ayatnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Al-Quran menegaskan bahwa manusia pertama adalah Adam a.s. Allah
menciptakan Adam a.s. melalui proses yang unik dan berbeda dengan
manusia-manusia lainnya. Allah dengan sifat Maha Kuasa-Nya menciptakan
Adam dari tanah (turab) dan hanya dengan firman-Nya: “kun
fayakun” yang
berarti jadilah, maka jadilah ia. Allah Swt. berfirman:
إِ ن مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ الله كَمَثَلِ ءَادَمَ خَلَقَهُ مِنْ ترَُابٍ ثُم قَالَ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ
.( (آل عمران: ٥٩
Artinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh,
adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
Konsep Manusia dan Agama 17
berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah
dia.” (QS.
Ali ‘Imran [3]: 59).
2) Manusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam) diciptakan oleh
Allah
dari saripati tanah, yang berproses menjadi sperma (nuthfah),
segumpal darah
(‘alaqah), segumpal daging (mudghah), tulang belulang (‘izham),
hingga
menjadi janin (khalqan akhar). Firman Allah Swt. dalam surat
al-Mu’minun
(23): 12-14:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ . ثُم جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُم
خَلَقْنَا النطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا
- الْعِظَامَ لحَْمًا ثُم أَنْشَأْ نَاهُ خَ لقًا ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ الله أَحْسَنُ
الخَْالِقِينَ (المؤمنون: ١٢
(١٤
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
yang
Paling Baik.” (QS. al-Mu’minun [23]: 12-14).
3) Proses manusia selanjutnya dijelaskan, mulai dalam kandungan manusia
dibekali ruh kemudian potensi pendengaran, penglihatan, dan hati. Dalam
al-
Quran surat al-Sajdah (32): 9 Allah Swt. berfirman:
ثُم سَواهُ وَنفََخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ ال سمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا
( تَشْكُرُونَ (السجدة: ٩
Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. al-Sajdah [32]: 9).
Menurut
Ilmu Para Ilmuwan
Berkenaan dengan potensi (fitrah) yang dibekalkan Tuhan kepada
manusia, para ahli filsafat memberikan berbagai predikat kepada manusia.[1][6]
Predikat-predikat ini adalah:
a.
Manusia
adalah homo sapiens, artinya makhluk
yang mempunyai budi pekerti.
b.
Manusia
adalah animale rationale, artinya
makhluk yang dapat berfikir.
c.
Manusia
adalah homo laquen, artinya makhluk
yang panndai menciptakan bahasa.
d.
Manusia
adalah homo faber, artinya makhluk
yang pandai membuat perkakas.
e.
Manusia
adalah zoon politicon, artinya
makhluk yang pandai bekerja sama.
f.
Manusia
adalah homo economicus, artinya
makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi.
g.
Manusia
adalah homo religious, artinya
makhluk yang beragama.
h.
Manusia
adalan homo planemanet, artinya
makhluk yang diantaranya terdiri dari unsur ruhaniah-spiritual.
i.
Manusia
adalah homo educandum (educable), artinya makhluk yang dapat
menerima pendidikan.
j. MANUSIA = MAKHLUK yang BERTANGGUNG JAWAB (Abbas
Mahmud El-Aqqa
1.3. Hakikat Manusia
1. Pengertian hakikat
Menurut bahasa artinya kebenaran atau sesuatu
yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat
itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf
orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata
diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
2. Pengertian
manusia
Manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
a.
Manusia Sebagai Mahluk Sempurna
Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
mahluk yang sempurna di antara mahluk-mahluk Allah lainnya. Manusia diberi
begitu banyak keistimewaan di antaranya bentuk fisik yang indah, kedudukan yang
jauh lebih baik, dan yang paling berbeda yaitu akal pikiran. Akal dapat
digunakan untuk berpikir dan membedakan mana yang baik dan yang buruk. Manusia
sebagai insan kamil haruslah mempunyai kepribadian dan ahlak yang baik.
Pemuliaan Allah SWT kepada manusia berkaitan dengan penciptaannya seperti
diterangkan Allah dalam firmanNya:
Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baiknya
Fitrah manusia meliputi: hanif, potensi akal, qaib, nafsu. Fitrah adalah kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran. Fitrah tidak hanya diartikan sebagai penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rihaniah yaitu sifat-sifat dasar manusiayang baik. Hanif (kecenderungan kepada kebaikan) yang terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Manusia memiliki potensi baik sejak kelahirannya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantungdari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Potensi rohaniah berupa akal, qald dan nafsu. Akal adalah pikiran atau rasio dan rasa bias diartikan dengan bijaksana. Qald adalah hakikat manusiayang dapat menangkap segala pengertian berpengetahuan dan arif. Nafsu adalah sesuatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya.
Fitrah manusia meliputi: hanif, potensi akal, qaib, nafsu. Fitrah adalah kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran. Fitrah tidak hanya diartikan sebagai penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rihaniah yaitu sifat-sifat dasar manusiayang baik. Hanif (kecenderungan kepada kebaikan) yang terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Manusia memiliki potensi baik sejak kelahirannya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantungdari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Potensi rohaniah berupa akal, qald dan nafsu. Akal adalah pikiran atau rasio dan rasa bias diartikan dengan bijaksana. Qald adalah hakikat manusiayang dapat menangkap segala pengertian berpengetahuan dan arif. Nafsu adalah sesuatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya.
b.
Manusia Sebagai Makhluk Yang Paling Mulia
Manusia diciptakan sebagai makhluk
yang mulia melebihi ciptaan lainnya. Manusia memiliki pikiran dan akal,
sehingga mampu berkembang dan berkarya. Kalau kita melihat ciptaan lain,
misalnya hewan, mereka hidup hanya memenuhi takdir mereka sebagai makhluk yang
hanya makan, berkembang biak dan dipekerjakan. Sedangkan manusia, takdir mereka
adalah mereka diberi akal dan pikiran untuk menguasai dunia ini bahkan
makhluk-makhluk lainnya ditakdirkan menjadi kekuasaan manusia.
Suratb Al-isra ayat 70
Manusia Sebagai Khalifah
Dalam al-Quran menyebut tentang
pemberian khalifah dari Allah s.w.t. kepada orang-orang yang beriman dan
beramal soleh seperti yang terkandung dalam ayat berikut: 'Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahawa Ia akan memberikan
khalifah(menggantikan penguasa-penguasa yang ada) kepada mereka di muka bumi
sebagaimana Ia telah memberikan khalifah itu kepada orang-orang sebelum
mereka'(QS 24:55). Di dalam Islam, khalifah digunakan sebagai kata kunci dan
bukannya kata kedaulatan atau yang lain kerana kedaulatan sesungguhnya adalah
milik Allah s.w.t. Sehubungan dengan itu, sesiapa pun yang memegang kekuasaan
dan menggunakan kekuasaan itu sesuai dengan norma-norma dan hukum-hukum Tuhan
maka dengan sendirinya ia menjadi khalifah.
Manusia sebagai hamba Allah s.w.t.
dilantik menjadi khalifah Allah dan perlantikkan itu adalah kerana kelayakan
manusia untuk memegang jawatan tersebut. Antara kelayakan tersebut ialah bahawa
diantara hamba-Nya maka manusialah yang lebih hampir dengan Alllah s.w.t.
Sebagai hakikatnya, hamba-Nya dan kkhalifah-Nya maka manusia tidak berhak
mencipta yang diizinkan. Khalifah adalah satu keistimewaan
yang besar dan hanya diberikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada
malaikat, jauh lagi untuk diberikan kepada jin. Daripada itu diyakini bahawa
bukan setiap hamba itu layak dan berhak menjadi khalifahtullah. Seterusnya juga
bukan setiap manusia yang pada hakikatnya hamba itu dengan sendirinya adalah
khalifah. Walaupun dari segi hakikatnya manusia itu hamba dan khalifah Allah
s.w.t. , namun dari segi konsep dan perlaksaan adalah tidak. Oleh kerana itu,
maka manusia yang layak dan berhak menjadi khalifah itu ialah manusia yang
melaksanakan konsep kehambaan diri kepada Allah s.w.t. dan telah melaksanakan
konsep penyerahan diri kepada Allah s.w.t. dalam 4 ciri tersebut. a) Akidah b)
Akhlak c) Ibadah d) Syariat.
Surat Al –
Baqarah ayat 30
1.3 Pengertian
Agama Secara Etimologi dan Terminology
·
Etimologi
Berdasarkan
ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata
aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh,
dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat,
menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah s.w.t
·
Terminologi
Secara
istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.
Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai
segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh
dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika
beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
وَوَصَّىٰ
بِہَآ إِبۡرَٲهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ
لَكُمُ ٱلدِّينَ
Ibrahim
berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu, sebab
itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS.
Al-Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan
dalam ayat yang berbunyi sebagai berikut :
فَلَمَّآ
أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡہُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ
ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا
مُسۡلِمُونَ
Artinya :
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari
mereka (Bani Israil) berkata dia : Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah (Islam)? Para Hawariyin
(sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang berbunyi :
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang berbunyi :
وَٱلۡعَصۡرِ (١
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
(٣
Artinya :
Demi masa.
(1)
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2)
kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(3)
Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :
1.
Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.
2.
Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.
3.
Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
4.
Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai
argumentasi yang meyakinkan dengan
bahasa yang baik dan,
5.
Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan
mendakwahkan agama Islam.
1.4
Unsur-unsur Pokok Agama
Setiap agama pada dasarnya
terdiri dari empat unsur, yaitu:
- Ajaran
(= teori; konsep) sebagai sisi gaib
- Iman
sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,
- Ritus
(= upacara) sebagai sistem lambang, dan
- Praktik
( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu
dan masyarakat.
Dalam dïnul-islãm
(‘agama Islam’) keempat unsur itu terungkap melalui Hadis Jibril, yang mencakup
butir-butir di bawah ini.
1. Ajaran Allah
sebagai konsep hidup
Dalam dialog tentang iman,
Rasulullah menegaskan tentang masalah terpenting dari dïnul-islãm,
yaitu adanya interaksi antara seorang mu’min dengan ajaran Allah, yang
disampaikan (diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya, dalam bentuk kitab-kitab,
yang diterima rasul-rasulNya, untuk mencapai tujuan akhir (kehidupan yang baik
di dunia dan akhirat), dengan menjadikan ajaran Allah sebagai qadar (ukuran;
standard; teori nilai) baik-buruk menurutNya.
Ajaran Allah yang dimaksud
adalah Al-Qurãn.
Al-Qurãn sebagai qadr
atau taqdïr adalah sisi gaib (abstract level) dari dïnul-islãm,
yang merupakan “teori nilai” untuk menentukan baik buruknya segala sesuatu
menurut pandangan Allah.
2. Îmãn sebagai
interaksi
Iman pada hakikatnya adalah
interaksi (aksi timbal balik) antara Allah sebagai pemberi konsep hidup dengan
si mu’min yang menyambut da’wah (ajakan; tawaran) Allah melalui rasulNya.
Selanjutnya, interaksi itu berlangsung intensif melalui penghayatan si
mu’min terhadap Al-Qurãn, sehingga Al-Qurãn menjadi satu-satunya konsep hidup
yang tumbuh subur dalam ‘organ kesadaran’ (al-qalbu) si mu’min, yang
selanjut meledak dan membanjir keluar melalui indra pengucapan (al-lisãnu),
dan akhirnya menjelma menjadi berbagai bentuk tindakan dan kretifitas (al-‘amalu).
Tepat seperti dinyatakan Rasulullah, misalnya dalam hadis riwayat Ibnu
Majah: الإيمان عقد بالفلب و إقرار باللسان و عمل بالأركان .
3. Ritus sebagai sistem
lambang
Dalam dïnul-islãm ada
sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril disebut dengan nama Al-Islãm
pula, yaitu:
- a.
Syahãdah sebagai sumpah setia (bay’ah).
Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat (syahãdah) adalah
sebuah ‘upacara’ (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang terhadap dïnul-islãm,
alias untuk meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah orang sebagai
anggota bun-yãnul-islãm (organisasi Islam).
- b.
Shalat sebaga sarana pembatinan nilai-nilai Al-Qurãn, sekaligus pembinaan
jama’ah/korp Islam. Orang-orang yang
menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota organisasi Islam tentu harus
memahami dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-Qurãn. Hal itu
dilakukan melalui shalat, yang bacaan pokoknya adalah surat Al-Fãtihan (ummul-qurãn)
ditambah dengan surat-surat lain yang terus dipelajarinya. Selain itu,
melalui shalat jama’ah, mereka juga belajar untuk membangun sebuah jama’ah
atau korp yang rapi dan kompak.
- c.
Zakat sebagai sistem ekonomi. Zakat,
mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah, pada hakikatnya melambangkan
kesediaan setiap mu’min yang mampu untuk mendanai organisasi dan
memperkuat jama’ah. Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi
sebuah sistem yang dipercaya untuk menata kehidupan umat (jama’ah mu’min
plus komunitas-komunitas lain, seperti terlihat pada Piagam Madinah), maka
zakat itu pun dikembangkan menjadi sistem ekonomi masyarakat secara umum.
- d.
Shaum Ramadhan sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan
nilai-nilai Al-Qurãn. Seluruh anggota
organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental dan fisik, supaya menjadi
anggota-anggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan adalah sarana
yang tepat untuk itu.
- e.
Haji sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia.
Ibadah haji merupakan ritus yang paling istimewa di antara kelima ritus
dalam dïnul-islãm. Melalui hajilah umat Islam sedunia berkumpul,
menjalin persahabatan, persaudaraan, dan persatuan berdasar kesamaan iman.
4. Praktik sebagai
perwujudan konsep
Dïnul-islãm
pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada praktik (amal). Tapi
supaya praktinya tidak dilakukan sembarangan, Allah menempatkan rasulNya
sebagai tokoh sentral untuk memimpin dan memberikan contoh penerapan setiap
aspek ajaran Islam, mulai dari yang bersifat individu sampai pada yang bersifat
kemasyarakatan. Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh sempurna dari
individu mu’min, dan masyarakat yang dibangun beliau bersama jama’ahnya juga,
otomatis, merupakan bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah masyarakat yang
mewakili Al-Qurãn sebagai konsepnya.
1.5
Pembagian Agama
1. Agama
wahyu(samawi)
“Agama yang ALLAH ta’ala turunkan lewat malaikat
jibril kepada para rasul-rasulnya dibumi dari kalangan manusia yang disebut
wahyu untuk kesejahteraan manusia didunia dan akhirat” Ajaran yang dibawa para rasul sebelum
Muhammad shallahu a’laihi wassalam hanya berlaku pada masa dan kaum tertentu
saja yang bersifat local seperti agama yang diturunkan untuk bani
israil,diantara nabi mereka yaitu musa dengan kitabnya taurat dan isa dengan
kitabnya injil,pada umumnya agama wahyu ini sudah rusak karena ditumbuhhi
benalu,sehingga hilanglah pokok ajaran agama tersebut dan sebagian besar yang
tertinggal hanyalah benalunya saja Adapun islam yang dibawa nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam adalah
agama untuk sepanjang zaman dan berlaku
untuk semua bangsa yang berlandaskan al-qur’an dan sunnah rasulNYA sesuai
dengan pemahaman salaful ummah(sahabat-sahabat rasullullah shallahu alaihi
wassalam) Muhammad shallahu alaihi wassalam adalah rasul terakhir dan tidak ada
nabi-rasul sesudahnya itu.
Firman ALLAH:
“sesungguhnya agama yang diakui ALLAH disisiNYA
hanyalah islam.” (Q.S.ALI-Imran: 19) “hai orang-orang yang beriman,masuklah kedalam islam dengan menyeluruh
dan janganlah engkau menuruti langkah-langkah syeitann,sesungguhnya setan itu
musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al baqoroh: 208)
Sabda nabi shallallahu a’laihi wassalam
“setiap nabi diutus khusus untuk bangsanya,tetapi
aku diutus untuk seluruh manusia” (H.R.bukhari-muslim,taysirul a’lam)
“tiap-tiap
orang yang telah meendengar kenabiaanku baik nasrani atau yahudi kemudian ia
mati tidak masuk kedalam islam,niscaya menjadi ahli neraka” (H.R. Muslim)
2. Agama
thabi’I (kultur,budaya)
Agama ini hasil budaya manusia,sesungguhnya
manusia itu lahir dengan fitrah beragama,ia ingin beribadah,tetapi karena
berbagai jalan penyimpangan tumbuhlah suatu kepercayaan yang melahirkan suatu peribadahan
tersendiri.adakalanya karena dilahirkan oleh seorang yng berpengaruh,ajarannya
berkembang lalu dibukukan menjadi sebuah kitab pegangan,biasanya kitab itu
berupa kumpulan mitos,nasihat,sifat-sifat ketuhanan dan sebagainya.
Kitab itu biasanya ditulis guru setelah
sang guru meninggal dan si penulis tidak mencantumkan namanya,seperti kitab weda,tripitaka,zenda-awesta
dan sebagainya.
Ada kemungkinan agama kultur berkitab itu semula
tumbuh dari agama wahyu,akibat terpengaruh bid’ah-bid’ah yang kian banyak atau
taqlib buta dengan seseorang,bangsa,suku dan sebagainya yang kian lama jauh
dari pangkalnya seperti syiah yang menurut jumhur ulama bukan bagian dari
islam.
3. Agama
primitive
Agama pimitif lahir karena dorongan fitrah manusia
sendiri,akan tetapi karena otaknya belum mampu untuk memecahkan persoalan aneh
yang merangsang alam pikirannya,timbulnya perwujudan angan-angan,berupa mitos
yang melahirkan ritual-ritual tertentu
•
Animisme
Kepercayaan pada roh dan hantu-hantu,timbullah
pemujaan pada tempat dan benda yang dianggap dihuni roh atau hantu itu,ada yang
dipuja agar membalas kebaikan dan ada pula yang dipuja agar ruh atau hantu itu
tidak mengganggu. Atas keyakinan ini timbul berbagai pantang tabu,pemberian
sesajian,penguburan hewan atau manusia hidup-hidup ketika ada bencana alam yang
berarti roh-roh alam sedang marah atau sebab yang lain
•
Dinamisme
Hampir sama dengan animism hanya saja mereka
beranggapan suatu benda tertentu memiliki kekuatan gaib yang dijadikan
penangkal,jimat dan benda sihir. Konon orang-orang portugis dan
spanyol biasa menggambari layar kapalnya dengan salib besar agar selamat dari
gangguan hantu laut dan sebagainya,kini sebagian orang nasrani(Kristen) masih
percaya kekuatan gaib pada salib,sebagian kaum sufi masih percaya kekuatan gaib
tulisan arab pada kulit dan sebagainya
•
Toteisme
Toteisme masih bagian darri animism dan
dinamisme,sebagian penganut animism atau dinamisme percaya akan benda atau
hewan yang melahirkan nenek moyang mereka,seperti: Orang Eskimo biasa makan daging
beruang.akan tetapi,mereka beranggapan nenek moyang mereka berasal dari seekor
beruang.jika seorang sudah tua renta maka ia harus merelakan dirinya untuk
dimangsa beruang,ia diantar sanak keluarganya ke padang salju untuk menanti
beruang datang memangsanya,sebagian suku Indian beranggapan manusia berasal
dari bulu burung elang,ada juga yang beranggapan manusia dari kera seperti
teori Darwin dan sebagainya
4. Agama madya-pertengahan
Agama ini kebanyakan bersifat panteisme,politeisme
ataupun monoteisme yang tidak murni,agama madya kemungkinan berasal dari
perkembangan agama primitive atau kemungkinan sebagian besar dari agama wahy
yang jauh menyimpang,pada umumnya,agama madya sudah punya pegangan dan
ritual-ritual tertentu
5. Agama
filsafat
Agama ini lahir dari filsafat seseorang yang
diagamakan seperti ajaran fitagoras yang akhirnya menjelma menjadi
semacam agama yang memegang teguh theosofi,seorang filosof melukiskan tentang
kekuasaan Tuhan Maha Pengatur. seorang murid filosof itu mencoba untuk
beribadah kepada Tuhan Maha Pengatur dengan kebijakan sendiri.
Sebagian ajaran agama filsafat itu menjurus pada
mistik tetapi dengan membawakan dalil-dalil yang menyerupai ilmiah.
Ada agama atau kepercayaan yang menamakan diri
“penganut agama damai” yang mengambil sari pati setiap agama,ada pula agama
buatan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan.
1.6 Ciri-ciri
Agama Wahyu dan Non Wahyu
·
Ciri-ciri Agama Wahyu
- Berasal
dari wahyu allah swt bukan ciptaan manusia atau siapapun selain allah
- Ajaran
ketuhannya monotheisme (tauhid) mutlak
- Disampaikan
oleh nabi atau rasulnya
- Mempunyai
kitab suci yang oteintik (asli), bersih dari campur tangan manusia
- Ajaran-ajarannya
bersifat tetap, tidak berubah-ubah, meskipun tafsirannya dapat berubah
sesuai dengan kecerdasan atau kepekaan pengikut-pengikutnya
·
Ciri-ciri Agama Non Wahyu
- Hasil
pemikiran atau perasaan manusia
- Ajaran
ketuhanannya paling tinggi monotheisme nisbi, bahkan kadang kadang
dinamisme, animism atau politisme
- Tidak
disampaikan oleh nabi atau rasul allah
- Umumnya
tidak mempunyai kitab suci, kalaupun ada sudah mengalami perubahan
perubahan ( bertambah atau berkurang) dalam perjalanan sejarahnya
- Ajarannya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran pengikutnya
BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Itulah gambaran singkat
mengenai pandangan Islam tentang manusia dan bagaimana keterikatan manusia
dengan agama. Tentu saja masih banyak hal yang bisa diungkap tentang keunikan
manusia sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Kemuliaan manusia
terutama terletak pada kelengkapan fitrahnya dibandingkan makhluk yang lain.
Dengan akalnya manusia dapat menaklukkan dunia ini. Namun, kelebihan manusia
ini tidak akan terus bertahan hingga dibawa menghadap ke hadiran Allah Swt. Ketika
manusia tidak mampu menggunakan akalnya dengan baik dan semua perilakunya
dikendalikan oleh nafsunya, maka manusia tidak lagi menjadi makhluk yang
terbaik, akan tetapi justeru sebaliknya manusia akan menjadi makhluk yang
paling hina. Di sinilah manusia sangat membutuhkan agama yang dapat dijadikan
sebagai kendali di dalam memanfaatkan bekal-bekal fitrahnya.
Agama bisa mengarahkan manusia bagaimana seharusnya
bersikap dan berperilaku sehingga manusia akan tetap menjadi makhluk yang
terbaik dan
kembali kepada Allah dalam keadaan Muslim (berserah
diri kepada-Nya). Agamalah yang dapat menjamin manusia memiliki moral atau
karakter mulia sehingga manusia menjadi mulia di hadapan Allah dan di hadapan
manusia serta makhluk lainnya.
2.2 Daftara Pustaka
Toto
Suharto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Ar Ruzz. 2006. hlm. 91.
Suhartono Suparlan. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar
Ruzz. 2007. Hlm. 56.
Kasmiran
Wurya dan Ali Syaifullah. Pengantar Ilmu
Jiwa Sosial. Jakarta: Erlangga. 1982. Hlm. 53.
Hasan
Langgulung. Pendidikan dan Peradaban
Islam, cet. III. Jakarta: Pustaka al Husna. 1985. Hlm. 215.
Zuhairini
dkk. Filssafat Pendidikan Islam, cet. III. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2004.
Hlm. 82.
No comments:
Post a Comment