Vemale.com - Bismillahirrahmanirrahim,
Albert Enstein, siapa yang tidak mengenal
sosoknya dengan rumus e = mc2. Wajahnya menjadi lambang kejeniusan.
Namanya pun digunakan menjadi nama unsur kimia, Enstenium yang termasuk nama
sebuah asteroid. Michael H. Hart dalam penelitiannya meletakkan ia dalam
jajaran orang paling berpengaruh di nomor 10.
Kalau kita lihat, kebanyakan orang yang berada
di jajaran atas Enstein, menurut Michael H. Hart adalah orang-orang yang
meletakkan spiritualitas sebagai dasar kehidupannya, yaitu Nabi Muhammad SAW,
Nabi Isa AS, Budha, Confucius. Artinya orang yang mendasarkan hidupnya pada
nilai-nilai spiritual punya pengaruh lebih besar dibandingkan orang-orang yang
mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai intelektual.
Foto:
copyright upload.wikimedia.org
Ketika B.J. Habibie berpidato di Kairo, beliau
berpesan “Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu teknologi sehingga saya
bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama lebih
manfaat untuk umat Islam. Kalau saya disuruh memilih antara keduanya maka saya
akan memilih ilmu agama.”
Warren Buffet terkenal di tahun 2010 yang lalu
karena berhasil mengalahkan Bill Gates yang sudah 10 tahun menjadi orang
terkaya di dunia. Tidak banyak orang yang tahu, 2 tahun sebelum Warren Buffet
menjadi orang terkaya, ia menyumbangkan 80 persen kekayaannya untuk sosial,
sekitar 300 triliun atau setengah APBN kita pada saat itu. Ada sosok yang lebih
hebat lagi, yaitu Abu Bakar As-Shidiq di mana ia menyerahkan 100 persen
hartanya untuk agamanya. Apa yang bisa dipelajari dari orang-orang ini?
Bahwasanya orang yang mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai kebaikan bukan
hanya punya pengaruh lebih besar, tapi juga rela berkorban lebih besar.
Pada tahun 29 Mei 1993, Edmund Hillary
berhasil menjadi orang pertama yang menaklukkan gunung Everest, gunung
tertinggi di dunia, 29.000 kaki di atas permukaan laut. Tidak banyak yang tahu
dia bersama seorang pemandu bernama Tenzing Norgay, pemandu yang namanya tidak
dikenal sejarah. Padahal pemandu selalu di depan, ketika ditanya, Anda kan
seorang pemandu, tentunya Anda berada di depan, bukankah seharusnya Anda
menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?
Apa jawabannya, “Ya benar, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya
persilahkan Edmund Hillary untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama
di dunia yang menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia.” Lalu kembali ia
ditanya, “Mengapa anda lakukan itu?” ia menjawab, “Karena itulah impian Edmund
Hillary, bukan impian saya, impian saya hanyalah berhasil membantu dan
mengantarkan dia meraih impiannya.” Bagi saya, Tenzing Norgay telah mengajarkan
kita hakikat dari sebuah ketulusan, pengorbanan, dan kebaikan.
“Periksa diri jika cita belum tertuai,
jangan-jangan badan kita belum pantas disinggahi kemuliaan.”
(dr. Gamal
Albinsaid)
Orang yang membuat mata kita basah, “Kok ada
orang sebaik ini? Kok ada orang sehebat ini?” adalah orang-orang yang melakukan
sesuatu yang sebenarnya kita pun bisa melakukannya. Persoalannya ini ternyata
bukan tentang kemampuan, melainkan tentang kemauan, ini tentang kesediaan.
Selama 2 tahun terakhir, setiap saya bertemu
orang-orang besar, saya selalu minta nasihat kepada mereka, saya tarik satu
benang merah dari nasihat-nasihat mereka, “Di balik kesuksesan orang-orang
besar, senantiasa ada amal ibadah yang mempesona.”
*Artikel ini ditulis oleh dr. Gamal Albinsaid,
CEO Indonesia Medika & Motivator Internasional.
#GamalBerbagi #MudaMendunia
No comments:
Post a Comment