January 18, 2023

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Banyaknya permasalahan manusia dalam kehidupan sehari sehari bukan tanpa sebab dan tanpa alasan, ditambah kita berada di Era Globalisasi era yang akan menggerus setiap individu jika individu tersebut tidak bisa mengambil dampak positif dari arus Globalisasi. Banyak orang saat ini melakukan hal hal yang di luar nalar. Mulai dari tindakan kriminalitas, Asusila dan pelecehan. Perbuatan tercela ini sendiri factor utamanya adalah dari manusia itu sendiri. Yaitu kurang nya Pendidikan Agama Pendidikan Agama , merupakan sebuah Pendidikan dasar bagi setiap individu itu sendiri untuk menjalani sebuah kehidupan dimana dalam kehidupan kita akan mendapat ujian dari Allah SWT.Dimana nantinya Pendidikan agama akan membentuk kepribadian dan karakter baik dalam setiap individu tersebut. Dalam Pendidikan Agama islam Konsep Ketuhanan dan Keimanan merupakan materi dasar yang harus benar benar dipahami oleh setiap individu. Konsep ketuhanan adalah pondasi dasar dalam menjalani kehidupan keislaman kedepannya agar tidak mengurangi hakikat dan makna dari agama islam itu sendiri dan menimbulkan penafsiran yang salah mengenai ketuhanan. Sedangkan konsep keimanan merupakan konsep yang akan tetap menjaga tindakan maupun pemahaman kita tentang agama islam agar tetap pada koridornya. Karena keimanan akan membuat setiap individu meyakini baik dalam hati maupun dalam perbuatan 

 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
 1. Bagaimanakah makna tuhan secara umum? 
2. Apakah sejarah tuhan? 
3. Bagaimana sejarah tuhan dalam Alquraan ? 
4. Bagaimanana memaknai arti Allah swt? 
5. Apakah dzat asma’ dan sifat-sifat Allah swt? 
6. Apa yang dimaksud dengan syrik dan macam macamnya? 
7. Apakah yang dimaksud dengan tahrif,ta’til,takyil,tamsil? 

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui makna tuhan secara umum 
2. Untuk mengetahui Apakah sejarah tuhan 
3. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah tuhan dalam Alquraan
 4. Untuk mengetahui arti Allah swt 
5. Untuk mengetahui dzat asma’ dan sifat-sifat allah swt 
6. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan syrik dan macam macamnya 
7.. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan tahrif,ta’til,takyil,tamsil 

 BAB II 
 PEMBAHASAN 

2.1 Tuhan 
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". Tuhan Menurut Etimologi dan terminology Kata Tuhan dalam bahasa Melayu kini berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ (1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik. Kata "tuan" ditujukan kepada manusia, atau hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan dengan kata lain mengikuti kata "tuan" itu sendiri, dimisalkan pada kata "tuan rumah" atau "tuan tanah" dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks selain keagamaan yang bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Indonesia modern, kata "Tuhan" pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat abadi dan supernatural. Dalam konteks rumpun agama samawi, kata Tuhan (dengan huruf T besar) hampir selalu mengacu pada Allah, yang diyakini sebagai zat yang Mahasempurna, pemilik langit dan bumi yang disembah manusia. Dalam bahasa Arab kata ini sepadan dengan kata rabb. Menurut Ibnu Atsir, Tuhan dan tuan secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat.[24] Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,[25]. Dalam monoteisme, biasanya dikatakan bahwa Tuhan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini, misalnya sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, yang keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apa pun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. 

2.2 Tuhan Dalam Alqura’an 
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.[ Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Istilah Alqura’an Menyebut Tuhan Agama islam adalah agama yang mengenalkan tuhan dengan kandungan isi Al-qur’an dan menyebutya dengan beberapa istilah atau yang kita kenal dengan nama sering kita sebut dengan asmaul husna atau 99 nama Allah, yang mana dalam setiap asmaul khusna terdapat makna danartiyangberbeda-beda. Di dalam al-qur’an-pun terdapat ayat-ayat yang menceritakan istilah yang menyebutkan Allah, diantaranya. 
 a. Surat Al-Fatihah Yang berbunyi Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.. Segala puji bagi Allah, Tuhan(rabbi) semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan. Dalam surat Al-fatihah, tuhan disebut dengan arrahman dan arrahim yang artinya adalah Maha pemurah dan penyayang, dalam hal ini arti kata pemurah maksudnya adalah Allah bersifat welas asih sehingga melimpahkan karunianya kepada seluruh hambanya. Sedangkan makna dari arrahim yang memberikan pengertian bahwa Allah adalah selalu sayang atau penyayang dan melimpahkan rahmatnya kepada semua makhluknya. 
b. Surat Fathir ayat 30 Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepadamereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. c. Surat An-Am ayat 83 Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui 
d. Al-Hadid ayat 1-3 Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.
 e. Surat Al-Ikhlas Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Alqura’n Memperkenalkan Tuhan Al-qur’an sebagai kalam Allah yaitu sebuah wahyu yang menerangkan dan mengenalkan tuhan dengan sebutan Allah dengan sebutan Al-malik, Ar-him dan Rabbika dll, yang dalam hal ini menerangkan adanya konsep ketuhanan dalam Al-qur’an. Sedangkan Kata Rabbika merupakan kata yang berkaitan erat dengan iqro’ yang berarti perintah untuk membaca dan memahami konsep ketuhanan. 
Dari hal tersebut dituntut dari pembaca bukan saja melakukan pembacaan secara global tetapi melakukan bacaan dengan benar tanpa bertentangan nama Allah 
 a..Surat Al-Muzammil Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) Dalam surat ini terdapat 2 kali kata dan Rabbika dan 7 kali lafat Allah
 b. Surat Al-Mudatsir Dalam surat ini terdapat 7 ayat yang pertama, kata tuhan yang maha esa yang diganti dengan rabbika yang disebut sebanyak dua kali. 
c. Surat At-Takwir Dalam surat ini di temukan dengan predikat menerangkan Rabbul alamin. Yaitu yang di maksud adalah Allah. 
d. Sabbihisma Ketika mengkaji ini disebutkan kata-kata rabbuka Allah dan Rabbih yang masing-masing disebutkan sekali. Di sinilah kata Allah disebut untuk pertama kalinya dalam rangkaian wahyu yang terdapat pada Al-qur’an. Namun dalam hal ini surat ini lebih terfokus pada garis-garis besarnya dalam menjelaskan sifat-sifat Allah dan perbuatan-Nya (pensifatannya). Argumentasi Al-qur’an Tentang Keesaan Tuhan Dalam membahas hal ini secara umum penulis membagi uraian umum Al-qur’an tentang bukti keesaan tuhan dengan tiga pembagian pokok, yang diantaranya : a.Kenyataan Wujud yang Tampak Dalam konteks ini Al-qur’an menggunakan seluruh wujud , sebagai bukti khususnya keberadaan alam raya ini dan segala isinya sebagai wujud akan ciptaan tuhan yang maha esa. Dalam Al-qur’an umat manusia diperintahkan untuk berfikir dan menghayati alam raya ini tidak mungkin tercipta tanpa adanya pencipta. Surat Al-Ghosyiyah ayat 17-20 :yang berarti Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan, Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan. Secara global Al-qur’an menyampaikan wujud ketuhanan dengan memaparkan alam raya yang indah dan keserasian alam raya. Dan hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-qof ayat : 6-7 Yang berarti Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Dari kutipan dua ayat diatas menunjukan bahwa Al-qur’an sebagai pentunjuk dan menerangkan bahwa konsep ketuhanan yang maha esa adalah bersifat sang pencipta dan abadi. Dari hal tersebut sebagai wujud kesaan tuhan dan menambah keimanan seseorang yang yakin dan percaya bahwa Allah atau konsep Keyakinan terhadap tuhan itu ada sebagai bentuk pengalaman moral. b.Rasa yang terdapat dalam jiwa manusia. Al-qur’an sebagai wahyu selalu mengingatkan manusia terhadap tuhan, hal di terangkan dalam surat Al-an’am ayat 40-41: Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar! (Tidak), tetapi Hanya dialah yang kamu seru, Maka dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepadanya, jika dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). 2.3 Allah Allah (Arab: الله Allāh, adalah kata bahasa Arab untuk Tuhan (al-Ilāh, arti harfiah: sang Tuhan) Kata ini memiliki kata kerabat dalam bahasa Semit lainnya, di antaranya Elah dalam bahasa Aram, Ēl dalam bahasa Kanaan, dan Elohim dalam bahasa Ibrani. Kata ini terutama digunakan oleh umat Muslim untuk menyebut Tuhan dalam Islam, namun juga telah digunakan oleh Arab Kristen sejak masa pra-Islam. Selain itu penganut Babisme, Baha'i, umat Kristen Indonesia dan Malta, serta Yahudi Mizrahi juga sering menggunakannya, walaupun tidak secara eksklusi 

 2.4 Dzat Asma’ Dan Sifat Allah 
A. Dzat ASMA Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 : "Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". Asmaaulhusna secara harfiah ialah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah. Ia berkait dengan sifat dan af’al. dimana secara umum kita mengenal 99 nama Allah. Bahwa manusia hanya mampu dan hanya boleh mengenal sifat, af’al, dan Asma Allah saja. Dzat Allah tidak akan pernah mampu dicapai oleh pemikiran manusia terpintar sekalipun. “Fikirkanlah olehmu sifat ALLah dan jangan kamu memikirkan akan zatNya”. Allah meliputi segala sesuatu (Al fushilat 54) adalah kesempurnaan .. dzat , sifat, asma, dan af'al 

 B. Sifat-sifat ALLAH SWT 
 Sebagai Sang Khalik, Allah swt memiliki sifat-sifat yang tentunya tidak sama dengan sifat yang dimiliki oleh manusia ataupun makhluk lainnya. Mengenal sifat-sifat Allah dapat meningkatkan keimanan kita. Seseorang yang mengaku mengenal dan meyakini Allah itu ada namun ia tidak mengenal sifat Allah, maka ia perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20. 
 1. Wujud Sifat Allah yang pertama yaitu Wujud. Wujud artinya ada. Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya ada karena Allah yang menciptakannya. “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.“ (QS. Al-A’raf: 54)
 
2. Qidam Qidam berarti dahulu atau awal. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. “Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. “ (QS. Al-Hadid: 
 
3. Baqa’ Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati dan hancur. Kita akan kembali kepadaNya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal. “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ (QS. Ar-Rahman: 26-27) 

4. Mukhalafatu lil hawadits Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaanNya. Itulah keistimewaan dan Keagungan Allah swt. “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ (QS. Asy-Syura: 11)

 5. Qiyamuhu binafsihi Sifat Allah selanjutnya yaitu Qiyamuhu binafsihi, yang artinya Allah berdiri sendiri. Allah menciptakan alam semesta, membuat takdir, menghadirkan surga dan neraka, dan lain sebagainya, tanpa bantuan makhluk apapun. “ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. “ (QS. Ali-Imran: 2) 

6. Wahdaniyyah Sifat Allah Wahdaniyyah yaitu esa atau tunggal. Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat, Asyhadu alaa ilaa ha illallah, Tiada Tuhan selain Allah. “Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci ALLAH yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. “ (QS. Al-Anbiya: 22)

 7. Qudrat Qudrat adalah berkuasa. Sifat Allah ini berarti Allah berkuasa atas segala yang ada atau yang telah Ia ciptakan. Kekuasaan Allah sangat berbeda dengan kekuasaan manusia di dunia. Allah memiliki kuasa terhadap hidup dan mati segala makhluk. Kekuasaan Allah itu sungguh besar dan tidak terbatas, sedangkan kekuasaan manusia di dunia dapat hilang atas kuasa Allah swt. “Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu. “ (QS. Al-Baqarah: 20) 

8. Iradat Iradat berarti berkehendak. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt memiliki kehendak atas semua ciptaanNya. Bila Allah telah berkehendak terhadap takdir atau nasib seseorang, maka ia takkan dapat mengelak atau menolaknya. Manusia hanya dapat berusaha dan berdoa, namun Allah lah yang menentukan. Kehendak Allah ini juga atas kemauan Allah tanpa ada campur tangan dari manusia atau makhluk lainnya. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107). 

 9. Ilmu Ilmu artinya mengetahui. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat. Tiada yang luput dari penglihatan Allah. “Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu akan memberitahukan kepada ALLAH tentang agamamu (keyakinanmu), padahal ALLAH mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hujurât: 16) 

10. Hayat Sifat Allah Hayat atau Hidup. Namun hidupnya Allah tidak seperti manusia, karena Allah yang menghidupkan manusia. Manusia bisa mati, Allah tidak mati, Ia akan hidup terus selama-lamanya. “Allah tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah: 255) 

11. Sam’un Sifat Allah Sam’un atau mendengar. Allah selalu mendengar semua hal yang diucapkan manusia, meskipun ia berbicara dengan halusnya atau tidak terdengar sama sekali. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak akan pernah sirna. “Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. Al-Maidah: 76) 

12. Basar Basar artinya melihat. Penglihatan Allah juga tidak terbatas. Ia dapat melihat semua yang kita lakukan meskipun kita melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi. Allah mampu melihat, naik yang besar maupun yang kecil, yang nyata maupun kasat mata. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah Maha Sempurna. “Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al-Hujurat: 18) 

13. Kalam Kalam artinya berfirman. Sifat Allah ini dapat kita lihat dengan adanya Al Quran sebagai petunjuk yang benar bagi manusia di dunia. Al Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. “ (QS. An-Nisa: 164) 

14. Qadirun Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya. “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu. “ (QS. Al Baqarah: 20).

 15. Muridun Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak. Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “ (QS.Hud: 107). 

16. ‘Alimun Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “ (QS. An Nisa’: 176).

 17. Hayyun Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. “ (QS. Al Furqon: 58).

 18. Sami’un Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. “ (QS. Al Baqoroh: 256). 

19. Basirun Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik. “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al Hujurat: 18). 

20. Mutakallimun Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

 

 2.6 Tahrif , Ta’til, Takyil, Tamsil
Salah satu bentuk keimanan kepada Allah adalah mengimani segala sifat yang Allah sifatkan (sendiri) untuk diri-Nya yang tercantum dalam kitab-Nya (Al-Quran) dan yang Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sifatkan untuk diri-Nya, tanpa (melakukan) tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil. Karena yang paling tau akan sifat Allah hanya Allah Ta'ala. Sumber ilmu itu ada tiga, yakni Pertama, karena mendengar (sama') Kedua, karena melihat/menyaksikan (bi-'ilmu syahadah) Ketiga, dengan melihat sesuatu yang serupa Apabila ingin mengenal Allah (ma'rifatullah) hanya bisa dengan mendengar wahyu yang shahih dan pemahaman yang benar, karena kita tidak pernah menyaksikan dan melihat sesuatu yang serupa dengan Allah, maka dalam beriman kepada Allah tidak boleh menggunakan akal. Pantangan dalam beriman kepada Allah, khususnya dalam memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah ada 4, karena bertentangan dengan teks Al-Quran & As-Sunnah, serta bertentangan dengan pemahaman Salaful Ummah. 
 [1] Tahrif = mengubah, Tahrif ada dua, yakni tahrif dalam segi lafazh, dan tahrif dalam segi makna. ^Tahrif dari segi lafazh, seperti menambahkan satu huruf "Istawa" (berada di atas) menjadi "Istawla" (menguasai) seperti pemahamannya Jahmiyah, atau seperti perkataan ahlul bid'ah yang memanshubkan kalimat كَلَّمَ اللّهُ pada Quran Surat An-Nisa ayat 164 وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا ^Tahrif dari segi makna Ini seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi. Allah berfirman tentang mereka :
  مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا "Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis." (Quran Surat An-Nisa ayat 46) 
 [2] Ta'thil = menafikan, mengosongkan Ta'thil secara bahasa berarti meniadakan. Adapun menurut pengertian syar'i adalah : Meniadakan sifat-sifat Ilahiyah dari Allah Ta'ala, mengingkari keberadaan sifat-sifat tersebut pada Dzat-Nya, atau mengingkari sebagian darinya. Ta'thil ada dua, yakni ta'thil kulli dan ta'thil juz-i Pertama, ta'thil kulli (mutlhaq), yakni menafikan semua sifat Allah, seperti kelompok Jahmiyah Kedua, ta'thil juz-i (sebagian), yakni menafikan sebagian sifat Allah, seperti pemahaman Asy'ariyyah dan Maturidiyah yang dalam memahami sifat-sifat fi'liyah hanya 7, lalu mengklasifikasikan ada 20 sifat wajib, 1 sifat jaiz. Adapun Ahlussunnah, mereka tidak menafikan semua sifat yang telah Allah sifatkan untuk diri-Nya, tidak mengubah firman-firman Allah yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah dari tempat-tempatnya (makna-maknanya), dan tidak melakukan ilhad*. Macam-macam ta'thil ^Penolakan terhadap Allah atas kesempurnaan sifat-Nya yang suci, dengan cara meniadakan Asma' dan Sifat-sifat-Nya, atau sebagian dari-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh para penganut paham Jahmiyah dan Mu'tazilah. ^Meninggalkan muamalah dengan-Nya, yaitu dengan cara meninggalkan ibadah kepada-Nya, baik secara total maupun sebagian, atau dengan cara beribadah kepada selain-Nya di samping beribadah kepada-Nya. ^Meniadakan pencipta bagi makhluk. Contohnya adalah pendapat orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya, alamlah yang menciptakan segala sesuatu dan yang mengatur dengan sendirinya. ^Jadi, setiap orang yang melakukan tahrif pasti juga melakukan ta'thil, akan tetapi tidak semua orang yang melakukan ta'thil melakukan tahrif. Siapa yang menetapkan suatu makna yang batil dan menafikan suatu makna yang benar, maka ia seorang pelaku tahrif sekaligus pelaku ta'thil. Adapun orang yang menafikan sifat, maka ia seorang mu'athil (pelaku ta'thil), tetapi bukan muharif (pelaku tahrif). 
 [3] Takyif = bertanya dengan "kaifa" (bagaimana), menggambarkan Yang dimaksud takyif di sini adalah menentukan dan memastikan hakekat suatu sifat, dengan menetapkan bentuk/ keadaan tertentu untuknya. Meniadakan bentuk/ keadaan bukanlah berarti masa bodoh terhadap makna yang dikandung dalam sifat-sifat tersebut, sebab makna tersebut diketahui dari bahasa Arab. Inilah paham yang dianut oleh kaum Salaf, sebagaimana dituturkan oleh Imam Malik رحمه الله تعالى ketika ditanya tentang bentuk/ keadaan istiwa', -bersemayam-. Beliau رحمه الله menjawab : الإِسْتِوَاءُ مَعْلُومٌ وَالكَيْفُ مَجْهَوتٌ وَالإِمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ "Istiwa' itu telah diketahui (maknanya), bentuk/ keadaannya tidak diketahui, mengimaninya wajib, sedangkan menanyakannya adalah bid'ah." (Fatawa Ibnu Taimiyyah, V/144) 2 hal yang tidak boleh ditanyakan tentang Allah : Pertama, "kaifa" dalam asma' & shifat allah Ta'ala Kedua, "limaa-dza" dalam perbuatan Allah.
 [4] Tamtsil = menyerupakan Yakni menjadikan sesuatu menyerupai Allah Ta'ala baik dalam sifat Dzatiyah maupun sifat Fi'liyah-Nya. Tamtsil ini dibagi menjadi dua, yaitu : Pertama : Menyerupakan makhluk dengan Pencipta. Misalnya orang-orang Nasrani yang menyerupakan Al-Masih putera Maryam dengan Allah Ta'ala dan orang-orang Yahudi yang menyerupakan 'Uzair dengan Allah pula. Maha Suci Allah dari itu semua. Kedua : Menyerupakan Pencipta dengan makhluk. Contohnya adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai wajah seperti wajah yang dimiliki oleh makhluk, memiliki pendengaran sebagaimana pendengaran yang dimiliki oleh makhluk, dan memiliki tangan sebagaimana tangan yang dimiliki oleh makhluk, serta penyerupaan-penyerupaan lain yang bathil. Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan. (Al-Kawasyif Al-jaliyah an Ma'ani Al-Wasithiyah, hal.86) Salah satu dalil yang membantah dengan tegas perbuatan tamtsil ini adalah ayat dari surat yang seringkali kita baca dalam Dzikir Pagi dan Petang, serta surat yang memiliki faedah yang sangat besar. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" (Quran Surat Al-Ikhlash ayat 4) 


2.7 Sirik & Macam-macamnya 
Dalam pengertian yang paling sederhana, Syirik adalah suatu perbuatan (dalam sikap dan, atau niat) terutama menyangkut aqidah di mana seseorang melakukan sesuatu bukan sepenuhnya karena Allah SWT - atau secara sadar mencampur baurkan ke-esaan dzat Allah SWT dengan unsur-unsur lain yang menurut ajaran Islam dapat diartikan sebagai perbuatan menyekutukan Alah SWT. Adapun menurut sifatnya, Syirik terbagi dalam 3 (tiga) kelompok besar yakni: 

 1. SYIRIK YANG MENYELISIHI SIFAT-SIFAT ALLAH TA'ALA a. Syirik Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa selain Allah ada yang mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan dan hal-hal lain dari sifat-sifat rububiyyah. b. Syirik Uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa selain Allah ada yang mampu memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah. c. Syirik Asma' Wa Sifat, yaitu meyakini atau percaya kepada makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat khusus yang dimiliki Allah Ta'alla, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lain yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha Suci. 

2. SYIRIK MENURUT KADARNYA 
 a. Syirik Akbar (besar), yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama islam. 
• Syirik dalam berdoa, yakni merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan isti'anah kepada selain-Nya. 
• Syirik dalam niat, kehendak dan maksud, manakala melakukan ibadah semata-mata ingin mendapat pujian, atau untuk kepentingan-kepentingan bersifat duniawi lainnya. 
• Syirik dalam keta'atan, yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syariat dan ridho atas hukum tersebut. 
• Syirik dalam kecintaan, adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menyetarakan kecintaannya kepada makhluk dengan kecintaanya kepada Allah SWT. 

 b. Syirik Ashghar (kecil), yaitu Riya', hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi mewajibkan pelakunya untuk bertaubat. Riya' bukan satu-satunya yang termasuk dalam Syirik Ashgar. Atau Riya' memang termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar berupa Riya'. 

 c. Syirik Khafi (tersembunyi), yaitu seorang melakukan amal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk dalam Riya', dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, namun pelakunya wajib bertaubat.

 3. SYIRIK MENURUT TEMPAT KEJADIAN
 a. Syirik I'tiqodi, yaitu Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun misalnya, dapat mengubah takdir yang telah digariskan Allah SWT kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam.
 b. Syirik Amali, yaitu setiap amalan zahir yang dinilai oleh syari'at islam sebagai sebuah kesyirikan, seumpama menyembelih hewan (atau makhluk Allah lainnya) untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lain sebagainya. 
 c. Syirik Lafzhi, yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari'at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti misalnya , "Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau", dan "Aku bertawakal kepadamu", "Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka tak akan begini dan begitu jadinya", dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan (menyekutukan Allah SWT). Dengan mengetahui serba sedikit tentang Syirik ini mudah-mudahan kita dapat menghindari diri darinya, mendorong diri untuk senantiasa berupaya mempertebal keyakinan dan iman kepda Allah SWT agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun, atau dengan cara apa pun juga. Wallahualam Bissawab. 



DAFTAR PUSTAKA





No comments:

Post a Comment

:)

 Selamat ulang tahun annaku SYFIA NUR SHABRINA ke -3tahun di tahun 2024   semoga Allah SWT mempertemukan kita kelak di dalam Surga Firdaus...