Dari Abu
Salmah, beliau pernah mendengar dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda ; Maukah kamu sekiranya aku menerangkan tentang Dajjal, suatu
keterangan yang belum pernah diceritakan seorang nabi kepada kaumnya?
Sesungguhnya ia buta sebelah mata, ia datang dengan membawa sesuatu seperti
surga dan neraka. Maka apa yang dikatakannya surga adalah neraka dan aku telah
memperingatkan kalian terhadapnya sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkan
kaumnya. [HR. Muslim]
Zaman
yang sedang kita jalani dewasa ini merupakan zaman sarat fitnah. Banyak pesan
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai fitnah
di akhir zaman yang sangat cocok menggambarkan zaman yang sedang kita lalui
saat ini. Inilah zaman ketika giliran kemenangan di dunia bukan berada di fihak
ummat Islam. Ini merupakan zaman di mana Allah subhaanahu wa ta’aala menguji
orang-orang beriman. Siapa di antara mereka yang mengekor kepada orang-orang
kafir, siapa di antara mereka yang emas imannya dan bahkan rela berjihad di
jalan Allah subhaanahu wa ta’aala hingga meraih kemuliaan
mati syahid.
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ
الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Artinya
: ”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur
sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” [QS
Ali Imran 140]
Dalam
ayat di atas Allah subhaanahu wa ta’aala menegaskan bahwa
adakalanya ummat Islam memperoleh kemenangan dalam medan peperangan namun
adakalanya kaum musyrikin-kuffar yang menang. Ini merupakan perkara biasa dalam
kehidupan di dunia yang fana. Dunia merupakan tempat di mana segala keadaan
berubah silih berganti, tidak ada yang tetap dan langgeng. Kadang manusia
menang, kadang kalah. Kadang lapang, kadang sempit. Susah-senang, sehat-sakit,
kaya-miskin, terang-gelap, siang-malam, berjaya-terpuruk semuanya silih
berganti dan selalu bergiliran. Itulah dunia. Berbeda dengan di akhirat nanti.
Manusia hanya punya satu dari dua pilihan keadaan. Pertama, ia mungkin hidup
abadi dalam kesenangan hakiki di dalam surga Allah subhaanahu wa ta’aala. Atau
sebaliknya, hidup kekal dalam penderitaan sejati di neraka Allah subhaanahu
wa ta’aala.
Sedemikian kelamnya zaman yang sedang
kita jalani dewasa ini sehingga seorang Ulama Pakistan yang sempat tinggal lama
di Amerika menyebutnya sebagai A Godless Civilization (Peradaban
Yang Tidak Bertuhan). Ahmad Thompson, seorang penulis muslim berkebangsaan
Inggris menyebutnya sebagai Sistem Dajjal. Ia mengatakan
bahwa sejak runtuhnya Khilafah Islam terakhir -sekitar 80-an tahun yang lalu-
dunia didominasi oleh fihak kuffar. Perjalanan ummat manusia semakin menjauh
dari nilai-nilai Kenabian, ajaran Islam. Berbagai sisi kehidupan diarahkan oleh
nilai-nilai kekufuran sehingga kondisinya saat ini sudah sangat kondusif untuk
kedatangan fitnah paling dahsyat, yakni fitnah Dajjal.
Semenjak
runtuhnya kekhalifahan terakhir, ummat Islam menjadi laksana anak-anak ayam
kehilangan induk. Masing-masing negeri kaum muslimin mendirikan
karakter kebangsaannya sendiri-sendiri seraya meninggalkan dan menanggalkan
ikatan aqidah serta akhlak Islam sebagai identitas utama bangsa.
Akhirnya tidak terelakkan bahwa ummat Islam yang jumlahnya di seantero dunia
mencapai bilangan satu setengah miliar lebih, tidak memiliki kewibawaan karena
mereka terpecah belah tidak bersatu sebagai suatu blok kekuataan yang tunggal
dan mandiri. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sudah
mensinyalir bahwa akan muncul babak keempat perjalanan ummat Islam, yakni
kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (Raja-raja yang
memaksakan kehendak). Inilah babak yang sedang dilalui ummat dewasa ini.
Jangankan
kaum muslimin memimpin dunia, bahkan mereka menjadi ummat yang diarahkan (baca:
dieksploitasi) oleh ummat lainnya. Inilah babak paling kelam dalam sejarah
Islam. Allah subhaanahu wa ta’aala gilir kepemimpinan dunia
dari kaum mu’minin kepada kaum kafirin. Inilah zaman kita sekarang.We are
living in the darkest ages of the Islamic history. Dunia menjadi
morat-marit sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliah modern mendominasi kehidupan.
Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan bimbingan wahyu Ilahi, melainkan
hawa nafsu pribadi dan kelompok. Pada babak inilah tegaknya Sistem Dajjal.
Berbagai lini kehidupan ummat manusia diatur dengan Dajjalic
values (nilai-nilai Dajjal). Segenap urusan dunia dikelola dengan
nilai-nilai materialisme-liberalisme-sekularisme, baik politik, sosial,
ekonomi, budaya, medis, pertahanan-keamanan, militer bahkan keagamaan. Masyarakat
kian dijauhkan dari pola hidup berdasarkan manhaj Kenabian.
Dalam
bidang politik ummat dipaksa mengikuti budaya -tanpa
rasa malu dan rasa takut kepada Allah subhaanahu wa ta’aala- di mana seorang
manusia menawarkan dirinya menjadi pemimpin, bahkan dengan over-confident
mengkampanyekan dirinya agar dipilih masyarakat. Sambil menebar setumpuk janji
kepada rakyat. Padahal Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ لَا تَسْأَلْ
الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ أُكِلْتَ إِلَيْهَا
وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
Artinya
: ”Hai Abdurrahman, janganlah kamu meminta pangkat kedudukan! Apabila
kamu diberi karena memintanya, maka hal itu akan menjadi suatu beban berat
bagimu. Lain halnya apabila kamu diberi tanpa adanya permintaan darimu, maka
kamu akan ditolong.” [HR Muslim 9/343]
Sementara itu di bidang ekonomi dan keuangan ummat
dipaksa tunduk pada tiga pilar setan, yaitu Bunga Bank
(baca: Riba), Uang Fiat (baca: uang kertas)
dan Money Creation yaitu sistem yang memberi
kekuasaan pada bank untuk melakukan proses penciptaan uang. Padahal Islam
memiliki konsep yang sangat baku tentang uang dan segala bentuk transaksi yang
melibatkan uang. Bukan hanya sebatas teori tetapi blue print keuangan
Islam memang pernah diwujudkan dalam bentuk nyata sejak masa awal ke-Khalifahan
Islam dan terbukti hasilnya berupa kemakmuran bagi seluruh rakyat. Itulah yang
diisyaratkan dalam Al-Qur’an sebagai dhzahab (emas)
dan fidhdhoh (perak) dan secara empiris berupa dinar dan dirham. Suatu
jenis mata uang yang memiliki intrinsic value serta aman dari inflasi.
Di
bidang hukum ummat dipaksa tunduk pada nilai-nilai
legal dan illegal (baca: halal dan haram) berdasarkan hawa nafsu para law-makers.
Kita bisa menyaksikan suatu saat perilaku homoseksual dan lesbianisme dicap
illegal-haram namun pada lain waktu dianggap legal-halal. Padahal Allah
berfirman: ”Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [QS.
Al-Maidah 44]. Bahkan sistem Dajjal mencap kebanyakan orang-orang
beriman pejuang tegaknya agama Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai
teroris. Dan menempatkan para kriminal pelanggar berat HAM sebagai pimpinan
negara-negara maju.
Di
bidang pertahanan keamanan ummat dipaksa tunduk pada
konsep ashobiyyah (fanatisme kelompok). Angkatan militer berbagai
negara dewasa ini dibentuk untuk mempertahankan spirit right or
wrong is my country. Barangkali selain angkatan militer Hamas di
Palestina, tak ada satupun kekuatan hankam yang dibentuk dengan cita-cita
menegakkan kalimat Allah atau mati syahid. Kebanyakan prajurit
militer modern menjadi budak jalur komandonya. Mereka tidak pernah dibina untuk
menjadi hamba Allah sejati. Allah subhaanahu wa ta’aala
berfirman: ”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran” [QS.
At-Taubah 111]
Sedangkan seni dan budaya telah
menjadi industri syahwat. Sangat langka dijumpai produk di bidang ini yang bila
dinikmati membawa manusia menjadi lebih dekat dan mengingat Allah Yang Maha
Indah. Hampir semua film, tontonan, nyanyian, tarian maupun novel menyeret
manusia kepada pemuasan syahwat semata tanpa pandang halal-haramnya.
Sungguh,
nilai-nilai Dajjal (Dajjalic Values) telah mendominasi segenap lini kehidupan
ummat manusia dewasa ini. Sangat boleh jadi kedatangan oknum Dajjal sudah
sangat dekat. Sistem Dajjal telah memperoleh kekuasaan yang cukup
di seluruh dunia, sehingga begitu si Dajjal dikenali dan diakui, Dajjal
(makhluk bermata satu) bisa langsung dinobatkan sebagai pimpinan yang
dinanti-nanti sebagaimana diisyaratkan dalam the great seal
yang tergambar di lembar uang satu dollar Amerika Serikat. Sekaranglah
saatnya kita bersikap dan memilih.
Apakah
kita mau mengikuti genderang tarian mengawetkan babak keempat Sistem Dajjal
ini? Ataukah kita secara aktif mempersiapkan diri menyongsong babak kelima,
yakni babak Khilafatun ‘ala Minhaj An-Nubuwwah (kekhalifahan
mengikuti pola Kenabian) sebagaimana disinyalir Nabi Muhammad shollallahu
’alaih wa sallam bakal menjadi babak lanjutan setelah babak penuh fitnah ini
berlalu?
No comments:
Post a Comment