Menurut pakar komputasi yang dikenal ahli Linux Indonesia ini seorang hacker seharusnya tak meninggalkan jejak pada situs yang diretasnya. Seorang hacker, kata dia, jika berhasil menjebol sebuah sistem keamanan seharusnya tak diketahui oleh pemilik situs tersebut.
"Enkripsi (pengacakan data) hanya sebagian kecil dari skill computer security itu sendiri. Sedangkan untuk mengamankannya itu lebih penting," jelas Made kepada Okezone, Kamis (14/11/2013).
Berdasarkan pemahaman Made, para IT profesional yang sudah lama berkecimpung di dunia komputasi lebih tertarik untuk membuat suatu sistem pengamanan dari pada menjebol sistem pertahanan itu sendiri. Kendatipun, jika ingin membangun suatu sistem keamanan juga pasti tahu bagaimana mengaksesnya.
"Para ahli itu lebih tertarik membangun sistem keamanan daripada menjebolnya. Biasanya yang melakukan peretasan ini adalah mereka yang baru belajar atau pemula," terang pria kelahiran 24 November 1966 ini.
Berbicara tentang peretasan yang meninggalkan jejak ini, sebuah perusahaan riset, Akamai, pernah merilis data bahwa sebanyak 38 persen trafik internet dunia datang dari Indonesia dan bermuatan malware. Mengenai hal ini, Made mengaitkan dengan peretasan para hacker Indonesia yang masih meninggalkan jejak.
"Jumlah itu adalah yang terdeteksi atau terbaca. Banyak hacker lain yang juga melakukan attacking, namun tidak meninggalkan jejak sama sekali dan tak terbaca. Itu yang menyebabkan Indonesia terdata sebagai trafik paling banyak yang menyebar malware," tutup Made.
http://techno.okezone.com/read/2013/10/17/55/882660/penelitian-indonesia-sarang-virus-komputer-dunia (amr)
No comments:
Post a Comment