5 Etika Dalam Melaksanakan Shalat Tarawih & Witir
Etika Dalam Melaksanakan Shalat Tarawih – Salah satu kegiatan yang akan sering umat muslim jumpai pada bulan Ramadhan ini ialah Shalat Tarawih. Ibadah sunnah yang satu ini termasuk amal ibadah yang dicontohkan Rasullullah sejak Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan untuk pertama kalinya.
Penting untuk Anda ingat, shalat tarawain ini dapat
dilakukan dirumah sekalipun, jika berhalangan untuk melakukannya bersama di
masjid terdekat. Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat
tarawih dianggap menjadi shalat wajib karena semakin hari semakin banyak yang
ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau akhirnya melaksanakan shalat
tarawih sendiri di rumah.
Biasanya pada bulan
Ramadhan nanti kita akan mendatangi masjid terdekat untuk melaksanakan Tarawih.
Dalam pelaksanaanya setiap masjid mungkin akan berbeda-beda, ada imam yang
mengimami 11 rakaat, 23 rakaat, dan seterusnya. Namun meski metode shalat
tarawih tersebut berbeda-beda namun kita sendiri sebagai pribadi muslim yang
beradab mesti punya etika terbaik. Dimanapun nantinya Anda shalat tarawih
beberapa etika sebaiknya tetap ditegakan, berikut ini kami sajikan etika sholat
tarawih.Etika Sholat Tarawih:
1. Berjamaah di masjid, disunnahkan untuk semua kalangan laki-laki dan perempuan. Bagi kaum lelaki disunnahkan menggunakan pakaian yang rapi dan bersih ketika ke masjid, sambil memakai wangi-wangian. Kaum perempuan sebaiknya juga menggunakan pakaian yang rapi, menutupi aurat (aurat wanita di luar rumah adalah hanya muka dan telapak tangan yang boleh kelihatan), berjilbab, tidak menggunakan wangi-wangian dan make up. Kaum perempuan juga menjaga suara dan tindakan agar sesuai dengan etika Islami selama berangkat ke masjid dan di dalam masjid.
2. Membawa mushaf atau al-Qur’an, atau HP yang dilengkapi program al-Qur’an sehingga selama mengisi waktu kosong di Masjid bisa dimanfaatkan untuk membaca al-Qur’an.
3. Mengikuti tata cara sholat tarawih sesuai yang dilakukan imam. Kalau imam sholat 8 rakaat + 3 rakaat witir, makmum mengikuti itu. Bila ia ingin menambahi jumlah rakaat, sebaiknya dilakukan di rumah. Kalau imam melaksanakan sholat 20 rakaat maka sebaiknya mengikutinya. Bila ia ingin hanya melaksanakan 8 rakaat, maka hendaknya ia undur diri dari jamaah dengan tenang agar tidak mengganggu jamaah yang masih melanjutkan sholat tarawih. Ia bisa langsung pulang atau menunggu di masjid sambil membaca al-Qur’an dengan lirih dan tidak mengganggu jamaah yang sedang sholat.
4. Bagi yang berniat untuk sholat malam (tahajud) dan yakin akan bangun malam, sebaiknya undur diri dengan tenang (agar tidak mengganggu yang masih sholat witir) pada saat imam mulai melaksanakan sholat witir. Malam harinya ia bisa melaksanakan sholat witir setelah tahajud. Bagi yang tidak yakin bisa bangun malam untuk sholat malam (tahajud), maka ia sebaiknya mengikuti imam melaksanakan sholat witir dan malam harinya dia masih disunnahkan melaksanakan sholat malam (tahajud) dengan tanpa melaksanakan witir.
5. Dalam melaksanakan salat tarawih juga disunnahkan duduk sebentar setelah salam, pada setiap rakaat keempat. Inilah mengapa disebut tarawih yang artinya “istirahat”, karena ‘mushali’ duduk sebentar beristirahat setiap empat rakaat. Tidak ada bacaan khusus selama duduk tersebut, namun disunnahkan memperbanyak berzikir. Istilah tarawih sendiri belum ada pada zaman Nabi saw. Pada saat itu salat tarawih hanya disebut dengaan salat malam atau salat ‘qiyam al lail’.
Salat tahajjud adalah salat malam yang dilaksanakan setelah tidur. Apabila salat tarawih dilaksanakan setelah tidur maka ini juga termasuk salat tahajjud.
Disunnahkan juga dalam salat tarawih untuk mengeraskan suara ketika membaca Fatihah dan surah. Diluar etika tersebut, Yang terpenting adalah kualitas ibadah kita dan niat baik memeriahkan bulan Ramadhan. Allah Maha Bijaksana dalam menilai ibadah kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment